Gambar 1. Jangkrik ganti kulit (Sumber: hippopx)
Mungkin sobat biologi pernah mendengar ataupun melihat
melalui berbagai media edukasi terkait pergantian kulit pada beberapa hewan.
Umumnya hewan yang mengalami pergantian kulit yaitu kelompok reptil saja yang
dapat mengalami pergantian kulit namun nyatanya serangga juga dapat mengalami
pergantian kulit sebagai proses transformasi menuju stadium dewasa hewan. Nah
disini kita akan bahas faktor apa sajakah yang mempengaruhi pergantian kulit
(Molting) pada serangga tersebut? Yuk, simak tulisan ini untuk menambah wawasanmu!
Proses pergantian kulit pada serangga berdasarkan tipe-tipenya terbagi menjadi 3 yaitu dimana jika berdasarkan hubungannya dengan metamorfosis, maka dibedakan tiga macam tipe serangga yaitu, ametabola, holometabola, dan hemimetabola. Dimana pada pada tipe Ametabola merupakan tipe serangga yang tidak mengalami metamorfosis. Dengan kata lain serangga-serangga ini memiliki perkembangan langsung misalnya pada springtail dan bristletails, (Saunders, 1980).
Hemimetabola merupakan tipe serangga yang mengalami metamorfosis secara bertahap. Pada kelompok serangga ini ketika menetas sayap hanya merupakan tunas saja dan bentuk tubuhnya tidak sebanding dengan bentuk tubuh hewan dewasanya. Dengan terjadinya pengelupasan kulit, maka konfigurasi serangga itu semakin sempit dan mirip dengan hewan dewasanya, sayap menjadi sempurna, kematangan seksual tercapai pada pertukaran kulit terakhir. Serangga juvenil yang mengalami metamorfosis bertahap ini disebut nimfa atau naiad, bila fase belum dewasanya berlangsung didalam air. Tipe serangga ini tidak mengalami tahap pembentukan pupa, oleh karena itu tipe metamorfosisnya dinamakan metamorfosis tidak sempurna (Saunders,1980:Balinsky, 1981). Contoh tipe serangga ini terdapat pada belalang dan kutu busuk.
Holometabola adalah tipe serangga yang mengalami metamorfosis secara tiba-tiba. Telur-telur serangga yang sudah menetas akan membentuk larva yang dinamakan tempayak, ulat, jaringan larva dan pembentukan tubuh dewasa yang sama sekali baru, yang organ-organnya serta sistem-sistemnya berkembang dari kelompok-kelompok sel yang khusus untuk setiap organ, yang dinamakan sebagai keping-keping imaginal (Saunders, 1980). Keping-keping imaginal tersebut nantinya akan berkembang membentuk antena, mata, mandibula, organ-organ genital, pasangan maksilapertama dan kedua, kaki-kaki dan sayap (Balinsky,1981).
Dari penjelasan diatas terkait pergantian kulit berdasarkan penjelasan proses terjadinya pergantian kulit juga dipengaruhi oleh faktor hormon sehingga serangga dapat mengalami terjadinya pergantian kulit adapun Hormon yang berperan dalam metamorfosis terdiri dari atas tiga macam yaitu, hormon otak, hormon molting (ekdison), dan hormon juvenil (Spratt, 1971).
Hormon otak disebut juga ecdysiotropin, disimpan didalam
corpora cardiace, sedangkan hormon molting (Ekdison) dihasilkan oleh kelenjar
protoraks, yaitu suatu segmen pada tubuh serangga yang mempunyai pasangan kaki
terdepan dari ketiga pasangan kaki terdepan serangga, oleh karena itu maka
hormon ini juga dinamakan hormon protoracic gland atau disingkat menjadi PGH,
hormon juvenil (JH) dihasilkan oleh corpora allata, yaitu sepasang kelenjar
endokrin yang terletak di dekat otak (Spratt, 1971, Saunders, 1980, Balinsky,
1981).
Nah, itu tadi penjelasan mimin terkait faktor-faktor yang menyebabkan pergantian kulit pada serangga, semoga bermanfaat.
Daftar
Pustaka:
Balinsky, B.I,1981. An introduction to embryology. 5th ed sunders college publishing. Philadelphia
Li, G. 2021. Cicadas
akan muncul sekali dalam setiap acara 17 tahun. New Scientist(Online). .https://www.newscientist.com/article/mg25033351-700-cicadas-set-to-emerge-in-once-in-every-17-year-event/.
Saunders, J.W.Jr.1980. Developmental biology.
Patterns problems principles. Macmillan Publishing Co. Inc, New York.
Penulis: Ananda Geiskha Isral (Angkatan 2021)
Editor: Ibnu Bimo Wahyu Fatullah (Angkatan 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar